Penelitian tentang manusia
Manusia sebagai HOMO SAPIENS :
Homo SAPIENS adalah
mahluk yang berfikir sehingga merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana.
Dengan daya fikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan
pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa
lalu yang merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah
satu wujud budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa
tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.
Manusia sebagai HOMO FABER:
Homo Faber : ertinya
manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya atau disebut sebagai
manusia kerja dengan salah satu tindakan atau wujud budayanya berupa barang
buatan manusia (artifact). Manusia
menciptakan alat-alat kerana menyadari kemampuan inderanya terbatas, sehingga
diupayakan membuat peralatan sebagai sarana pembantu untuk mencapai tujuan.
Misalnya, karena indera matanya tidak mampu melihat angkasa luar atau mahluk
kecil-kecil maka diciptakan teropong bintang dan mikroskop, kerena terbatasnya
kekuatan fisik maka diciptakannya roda sebagai sarana utama keretauntuk
mengangkut barang-barang berat.
Manusia sebagai HOMO LANGUENS:
Homo Languens: adalah
manusia dapat berbicara sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat
disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain. Bahasa sebagai ekspresi dalam
tingkat biasa adalah bahasa lisan. Antara suku bangsa dengan suku bangsa lain
terdapat perbedaan bahasa. Di tingkat bangsa, perbedaan bahasa tersebut akan
semakin jauh. Perbedaan lebih tinggi diwujudkan dalam tulisan sehingga sebuah
pemikiran dapat diterima oleh bangsa atau generasi bangsa lain (bila tahu
mengartikannya).
Manusia sebagai HOMO SOCIUS:
HOMO SOCIUS artinya
manusia dapat hidup bermasyarakat, bukan bergerombol seperti binatang yang
hanya mengenal hukum rimba, iaitu yang kuat yang berkuasa. Manusia
bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama. Dalam
masyarakat manusia terjadi tindakan tolong-menolong. Dengan tindakan itu,
walaupun fisiknya relatif lemah, tetapi dengan kemampuan nalar yang panjang
tujuan-tujuan bermasyarakat dapat dicapai.
Manusia sebagai HOMO ECONOMICUS
Homo Economicus: Ertinya manusia dapat mangadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi
(homo economicus). Salah satu prinsip
dalam hukum ekonomi adalah, bahawa semua kegiatan harus atas dasar untung-rugi,
untung apabila input lebih besar daripada output, rugi sebaliknya. Dalam
tingkat sederhana manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar
jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga hasil produksinya dijual di pasaran.
Makin luas pemasaran barang makin banyak diperoleh keuntungan. Salah satu usaha
meningkatkan produktivitas kerja dapat dijalankan dengan mempergunakan
teknologi modern sehingga dapat ditingkatkan produktiviti kerja manusia.
Manusia sebagai HOMO RELIGIUS
Ertinya manusia menyadari adanya
kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan lebih hebat daripada kemampuan manusia,
sehingga menjadikan manusia berkepercayaan atau beragama. Dalam tahap awal
lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang sekarang dikategorikan sebagai
kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai agama alami. Kemusian lahirlah
kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab suciNya yang dipergunakan sebagai
pedoman. Manusia
Manusia sebagai HOMO HUMANUS
Manusia sebagai mahkluk yang
mempunyai naluri kemanusiaan.
Homo AESTETICUS: Ertinya manusia
berbudaya iaitu mementingkan cara hidup yang beradab dan mengikut peraturan
social yang ditetapkan melalui kesepakatan bersama antara kelompok masyarakat, individu mahupun
kekeluargaan.
Manusia sebagai HOMO AESTETICUS.
Ertinya, manusia tahu akan
keindahan dan nilai-nilai yang estetika, cantik dan sebagainya. Bagaimanapun
cantik itu sendiri sangat subjektif dalam konteks pemikiran manusia berdasarkan
nilai setempat dan penerimaan bersama sesuatu kelompok.
Dari perbezaan-perbezaan yang
sedemikian banyak makin nyata bahawa manusia memang memilki sifat-sifat yang
unik yang jauh berbeza dari pada haiwan apalagi tumbuhan.
Tujuan manusia menciptakan
MITOS, karena pada saat itu penduduk
masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya akan adanya
kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman
demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor.PERTAMA, karena keterbatsan pengetahuan
manusia KEDUA, karena keterbatsan
penalaran manusia. KETIGA, karena
keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi. Telah dikemukakan bahwa
kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat
diterima secara intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu
itu benar.
Kata hati yang irasional dalam kehidupan
masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran (pseudo science), kebenaran dan
hasaratnya ingin tahu sudah terpenuhi,paling tidak untuk sementara
waktu.Manusia berpikir rasional:Rasional adalah menerima sesuatu atas dasar
kebenaran pikiran atau rasio. Pham tersebut bersumber pada akal manusia yang
diolah dalam otak. Dengan berpikir rasional, manusia dapat meletakkan hubungan
dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. Kemampuan manusia
mempergunakan daya akalnya disebut inteligensi, sehingga dapat disebutkan
adanya manusia yang mempunyai intelegensinya rendah, normal dan tinggi.
#credit utk EN. AZMAN yang mengajar saya subjek ini mase tahun 2 diploma...bangga jadi satu2nya pelajar dapat *A dalam kelas tue walaupun hanya sebagai subjek elektif wajib sebab tumpang kelas penulisan nie...huhuhuuu :)